Sabtu, 03 Desember 2011

Nenek Gorengan

Pada suatu hari, ketika aku kegiatan MOSB sedang beristirahat. Aku keluar bersama temanku nadya. Ketika nadya membeli jajan, aku melihat ke arah kiriku yaitu nenek yang menjual gorengan.

Karena iba, aku coba menghampirinya dengan nadya. Dan aku berkata "Ibu, ibu jualan apa?"
Nenek : "gorengan nak. Ada pastel, pisang goreng, cakue"
Aku : " 1 berapaan bu?"
Nenek : "500 an nak."
Aku : "yaudah deh bu, saya coba semuanya 1.1. Berapa semuanya bu?"
Nenek : "4000 nak."

Sebelum saya mengambil jajan tersebut, nenek tersebut menjulurkan kantong plastik dan mengizinkan saya untuk mengambil sendiri. Dan setelah saya membayar menggunakan uang 5000 pastilah ada kembalian 1000 dan sempat terpikir untuk mengikhlaskan 1000 tersebut karna kasihan.

Cerita ini 2 tahun yang lalu, entah tau saya mengikhlaskan atau tidak uang 1000 itu.

Setelah membeli jajan tersebut, saya dan Nadya kembali ke ruang kelas kami. Di waktu perjalanan, aku curhat kepada nadya tentang nenek itu dan hasilnya Nadya hanya diam dan menggangguk aja.

Sepulang sekolah, saya menaruh jajan tersebut di meja makan. Saya berpikiran "siapa yg mau ambil ajalah, aku membeli ini karena aku kasihan." Dan begitu, mamaku merasakan katanya pastelnya enak.

Sewaktu ingin mencobanya, ternyata sudah habis. Dan timbul rasa penyesalan, kenapa aku ga mencoba? Aku selalu meremehkan pekerjaan orang lain yang begitu susah dan belum tentu aku bisa membuatnya.

Hingga aku kelas 9 ini, aku sering berjumpa dengan nenek itu. Disaat ingin beli kadang uang jajanku habis dan kadang aku gengsi dengan anak2 lain yg pulang dengan jam yang sama denganku. Ketika ingin membeli, nenek itu tidak jualan.

Ya اللّهُ kenapa aku punya ego yang besar. Aku punya segudang rencana untuk membantu nenek tersebut, tapi kenapa ego selalu datang disaat yang tidak tepat. Seharusnya, aku tak perlu malu jika aku mempunyai niat baik untuk membantu sesama.