Rabu, 02 September 2015

My Journey Has Begins part 1

Hallo bloggers! Long time no see, saya terlalu sibuk menjalani dunia nyata daripada dunia maya. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman hidup saya yang bisa dibilang paling pahit tetapi (mungkin) bisa menginspirasi orang lain, khususnya untuk adek kelas yang sekarang sedang kelas 12. Semoga bermanfaat :) Tanggal 13,14,15 April 2015 (jika tidak salah) saya mengikuti ujian akhir nasional di SMA saya. Setiap hari nya 2 pelajaran yang diujikan dan berlangsung selama 3 hari berturut-turut. Saya tidak menyangka masa indah yang orang banyak keluhkan sudah selesai, UN pun tidak menjadi beban tersendiri untuk saya bahkan teman saya bergurau bahwa hari itu bukan UN tapi remedi satu angkatan. Selama 3 tahun belajar, 3 hari menjadi penentuan tetapi bukan penentuan lulus atau tidak lulus melainkan ngulang atau tidaknya tahun depan, ya itulah aturan baru dari pemerintah. Di UN ini saya telah mengeluarkan kemampuan maksimal saya, mengingat semua apa yang telah dipelajari selama 3 tahun disekolah dan dibarengi dengan berdoa tentunya. 15 mei 2015, 3 hari lebih awal diprediksi jadwal kelulusan SMA. Hari itu saya merasa gelisah, bergerak sedikitpun harus melihat ke pintu pager siapa tahu ada kurir yang mengantar surat tidak lulus. Ternyata selama 24 jam tidak ada kurir yang datang. Hati belum tenang karena belum mengetahui nilainya, ketika nilai sudah di share di grup kelas saya dinyatakan mengulang 2 mata pelajaran yaitu Ekonomi dan Geografi (The MOST DIFFICULTIES LESSON in the world) saya sudah menduganya. Yang geografi karena susah, yang ekonomi karena banyak tidak ada jawabannya. Tetapi saya tidak fokus pada hal ini saja, ada hal lain yang perlu saya perhatikan yaitu SNMPTN. SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) tanggal 9 juni 2015 pengumuman bisa diakses di web snmptn. Saya yang kebetulan berada di Jakarta, saya sudah berdoa sepenuh tenaga saya. Jalan-jalan, makan pun kepikiran pengumuman, tapi ada titik dimana saya sangat menyerah ketika membuka di mobil bersama saudara saya. Hasilnya SAYA DITOLAK oleh perguruan tinggi negeri yang salah pilih,saya menangis dalam hati karena saya malu dilihat adek saudara saya, saudara saya yang lain pun ikut kecewa. Tak lama, saya diturunkan di Sarinah. Saya dan adek saya mengelilingi Sarinah dengan mata merah sesenggukkan ibarat seperti orang gila. Saya mencoba ikhlas, tetapi ketika tahu jurusan yang saya pilih sama dengan teman saya dan teman saya diterima, SETAN pun mengendalikan saya Saya marah dan kecewa, bahkan selama 15 menit saya mengenyampingkan Allah. Saya merasa dunia tak adil, tetapi selagi menunggu jemputan saya dan adek saya makan di fast food dan menumpang sholat. Dari situ saya sudah mulai mengikhlaskan jurusan yang saya pilih di SNMPTN karena saya tahu jurusan yang saya pilih super berat pilihannya (Manajemen UA, Psikologi UA, Kriminologi UI). Saya punya waktu sebulan untuk belajar lagi dan mengikuti SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Saya sudah memutuskan untuk keluar dari bimbingan belajar, karena faktor kelas yang tidak mendukung untuk kondusif. Saya mengikuti seleksi ini di UNESA bersama teman saya fara aranda. Saya sudah optimis diterima melalui SBMPTN. Karena saya memilih yang cukup lengang (menurut saya) yaitu Psikologi UA, Sosiologi UA, dan Manajemen Unesa. Tetapi Allah berkehendak yang sama, saya dan fara ditolak PTN melalui SBM. Saya sedih dan marah, ketika saya membuka ini sedang ada acara buka bersama keluarga, saya yang mengagungkan diri saya sendiri sedangkan saudara saya yang ditolak ternyata berbanding terbalik dan itu sakitnya bukan main! Saudara saya diterima di UINSA jurusan Sastra Inggris. Btw, 2 hari sebelum pengumuman saya mendapat mimpi bahwa memang saya ditolak SBMPTN tetapi di mimpi itulah saya juga kekeuh minta diterima. Masih ada jalan untuk masuk PTN, yaitu Mandiri. Di mandiri ini saya memilih Mandiri UA terlebih dahulu dengan jurusan Manajemen dan Psikologi (tetep kekeuh memilih jurusan berat) alasannya karena saya melihat ada potensi khusus saya yang besar disana. Soal mandiri UA ini bisa dibilang cukup mudah walaupun saingan banyak. Dan Allah belum mengizinkan saya duduk di PTN, saya ditolak lagi. Saya yang baru selesai masak lalu sholat, lalu membuka pengumuman ketika dinyatakan tidak lolos, saya kehilangan nafsu makan saya. Saya tidak jadi makan, langsung lari ke kamar dan nangis seperti orang kehilangan orang yang disayang meninggal.